Tanggal 9 April 2009, Pemilihan Umum di Indonesia. Tapi karena saya di Medan cuma anak kos, berarti saya harus pulang ke Tanjung Balai( tempat orang tua saya dan KTP saya terdaftar) agar bisa memilih.
Dari Medan membutuhkan 4 jam perjalanan dan ongkos Rp. 15 rb dengan kereta api ekonomi.
Tapi karena berhubung tanggal 12 April saya ada ujian, maka saya mengurungkan niat pulang supaya gak kecapean.
Lalu saya pikir, bagaimana dengan mahasiswa yang kampungnya jauh dan membutuhkan biaya besar? Bagaimana pula mahasiswa yang ada di Jawa dan harus pulang ke sumatera?
Waw.. Nasionalisme berat di waktu dan ongkos..
Harusnya pemerintah memikirkan hal ini!!
Kemaren setelah teman2 saya selesai mencontreng, kami jalan-jalan. Lalu mereka menceritakan pengalaman mencontreng mereka.
"Kertas suaranya besar, biliknya kecil ngeliatnya aja susah.. Kalau bukan karena saya udah hapal no urut yang saya pilih bisa berapa lama di bilik itu??"
" Ada lagi ibu-ibu ver.. Udah sampe di bilik itu, dia masih nanya " saya pilih siapa ya..? Ini di coblos kan??", sampai akhirnya dibantu dia memilih.."
"Kakak aku ajah sampe mikir kalau dalam kertas suara itu setiap partai dipilih calegnya.."
" Untung aja tinta contreng nya warna merah, tapi kupikir mereka pasti susah melihat contrengan itu, karena kertas suara itu kan besar, banyak gambar sedangkan tinta merah itu pulpen biasa.
Masih banyak juga sih komentar mereka,.. yang pasti menjelaskan betapa ribetnya..
Dan hari ini buka detiknews.com , dan aku melihat ini:
(gambar diambil dari detiknews.com) Surat suara yang ditulisi ini ditemukan di TPS VII Kelurahan, Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia.
mm.. Sebaiknya kita kembali ke kepribadian Indonesia: Pancasila dimana salah satu butirnya adalah Musyawarah untuk mufakat.
Dari Medan membutuhkan 4 jam perjalanan dan ongkos Rp. 15 rb dengan kereta api ekonomi.
Tapi karena berhubung tanggal 12 April saya ada ujian, maka saya mengurungkan niat pulang supaya gak kecapean.
Lalu saya pikir, bagaimana dengan mahasiswa yang kampungnya jauh dan membutuhkan biaya besar? Bagaimana pula mahasiswa yang ada di Jawa dan harus pulang ke sumatera?
Waw.. Nasionalisme berat di waktu dan ongkos..
Harusnya pemerintah memikirkan hal ini!!
Kemaren setelah teman2 saya selesai mencontreng, kami jalan-jalan. Lalu mereka menceritakan pengalaman mencontreng mereka.
"Kertas suaranya besar, biliknya kecil ngeliatnya aja susah.. Kalau bukan karena saya udah hapal no urut yang saya pilih bisa berapa lama di bilik itu??"
" Ada lagi ibu-ibu ver.. Udah sampe di bilik itu, dia masih nanya " saya pilih siapa ya..? Ini di coblos kan??", sampai akhirnya dibantu dia memilih.."
"Kakak aku ajah sampe mikir kalau dalam kertas suara itu setiap partai dipilih calegnya.."
" Untung aja tinta contreng nya warna merah, tapi kupikir mereka pasti susah melihat contrengan itu, karena kertas suara itu kan besar, banyak gambar sedangkan tinta merah itu pulpen biasa.
Masih banyak juga sih komentar mereka,.. yang pasti menjelaskan betapa ribetnya..
Dan hari ini buka detiknews.com , dan aku melihat ini:
(gambar diambil dari detiknews.com) Surat suara yang ditulisi ini ditemukan di TPS VII Kelurahan, Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia.
mm.. Sebaiknya kita kembali ke kepribadian Indonesia: Pancasila dimana salah satu butirnya adalah Musyawarah untuk mufakat.